Jepara – wartaglobalnusantara.com – Program studi tiru para petinggi se Kabupaten Jepara yang berlangsung 29 September – 2 Oktober 2023 di provinsi Bali membawa beberapa pertanyaan, ” haruskah kegiatan tersebut dilaksanakan secara serentak semua Petinggi se kabupaten Jepara dalam waktu yang sama dan kenapa dilaksanakan pada akhir pekan bukan di hari kerja”. Pertanyaan tersebut muncul karena pada akhir minggu semua kantor desa pasti libur, lalu apa yang membawa mereka melakukan studi tiru. Kepada siapa mereka melakukan studi tiru kalau ternyata kantor desa libur? Kalau hanya seminar atau pembekalan yang dilaksanakan disebuah Hall kenapa harus jauh jauh ke Bali? Hal tersebut memicu pemikiran bahwa program Studi Tiru yabg telah dilaksanakan tersebut merupakan kegiatan refreshing atau lebih dikenal dengan healing untuk para petinggi.
Kalau melihat situasi sekarang, Jepara mengalami musim kemarau yang panjang dan banyak daerah yang mengalami kekeringan. Sulitnyatersedianya air bersih pada daerah daerah, kenaikan harga kebutuhan pokok pada warga dan adanya musibah kebakaran yang hampir setiap hari terjadi di Jepara. Timbul pertanyaan ” sudah tepatkah mereka melakukan program tersebut, mengingat biaya yang dibutuhkan tentunya sangat besar. Apa tidak lebih bijak apabila dana tersebut dialokasikan untuk membantu warga yang kesulitan dimasa kemarau panjang yang ekstrim walaupun sudah ada alokasi dana sendiri untuk bantuan warga? Apakah tidak mewakilkan saja petinggi yang mempunyai prestasi lebih? Pertanyaan pertanyaan akhirnya muncul.
Untuk mendapatkan informasi yang jelas dari narasumber yang kompeten, kami mencoba menghubungi Edy Marwoto selaku Kepala Dinsospermades Jepara.Saat kami menanyakan hal tersebut melalui chat WhatsApp pada jumat 29 September 2023, Edi menjawab “program tersebut memang harus dilaksanakan serentak dan harus diikuti semua petinggi supaya lebih efisien karena biaya dalam satu kegiatan saja dan supaya pemahaman sama oleh para petinggi”
Adanya jawaban yang efisien, akhirnya timbul pertanyaan seperti ini kalau memang membutuhkan efisiensi baik itu secara pembiayaan ataupun waktu dan tenaga, mengundang narasumber yang berkompeten dibidangnya yaitu dari Bali yang merupakan satu2 nya yang sudah memakai siskeudes link untuk CMS desa2 se Provinsi Bali untuk didatangkan ke Jepara bukankah akan lebih efisien dibandingkan bedol petinggi ke Bali?.
Kami juga mencoba menghubungi Pj Bupati Jepara Edy Supriyanta dan Sekda Jepara Edy Sujatmiko terkait tanggapan program tersebut melalui chat WhatsApp, Edy Sujatmiko menyarankan kepada kami untuk bertanya langsung kepada panitia. Sedangkan Pj Bupati Jepara tidak menanggapi apapun dan menyarankan bertanya kepada Kepala Dinsospermades Jepara. Sedangkan Petinggi Bangsri Sunaryo selaku ketua panitia tidak memberikan informasi apapun saat kami menghubungi melalui chat WhatsApp pada Minggu 30 September 2023. Alasannya karena masih dalam perjalanan menuju hotel. Namun kami tunggu sampai malam Sunaryo masih belum memberikan informasi. Mungkin setelah tiba dihotel istirahat panjang karena kelelahan setelah beraktivitas.
Dengan adanya beberapa keganjilan dan pemikiran yang sederhana akhirnya menimbulkan sebuah pemikiran apakah program tersebut dilaksanakan sebagai transmisi sebuah penggerak para petinggi yang mungkin memiliki dana lebih. Salahkan pemikiran tersebut muncul dibenak ?
Untuk mendapatkan tanggapan lain terkait Studi Tiru, kami juga berbicara dengan Ketua Komisi A DPRD Kabupaten Jepara Agus Sutisna untuk menanggapi perihal kegiatan tersebut. ” pada dasarnya kegiatan studi tiru/studi banding sah sah saja dan wajar saja. Hanya saja harus dilihat juga azas manfaatnya. Apakah nantinya bisa bermanfaat bagi masyarakat. Kalaupun memang para petinggi membutuhkan refreshing / jalan jalan ya boleh saja, mungkin memang dibutuhkan setelah penat melakukan pelayanan di desa . Tapi apapun alasan pelaksanaan program tersebut, Semoga saja kegiatan tersebut bisa membawa ilmu bermanfaat untuk kemajuan desa dan meningkatkan kinerja desa setelah pulang dari kegiatan tersebut” ucapnya. Hal tersebut disampaikan agus Sutisna saat kami temui dikediamannya pada Jumat 29/9/2023.
WGN/Andrie