Tabanan – wartaglobalnusantara.com – Untuk menjamin keamanan, kejadian dan rangkaian Kunjungan Lapangan Delegasi Kementerian Pertanian Negara G-20 Pertemuan Menteri Pertanian (Field Trip AMM G-20) di Kawasan Warisan Budaya Dunia (WBD) Desa Jatiluwih, Kec. Penebel, Kabupaten Tabanan,
Pada hari Kamis tanggal 29 September 2022 pukul 10.40 s/d 13.45 Wita, Polres Tabanan menggelar Personel melaksanakan Pengamanan Jalur yang dilewati rombongan Delegasi dan rangkaian kegiatan yang dipusat di Rumah Makan Gong Desa Jati Luwih,
Seijin Kapolres Tabanan AKBP Ranefli Dian Candra., SIKMH, Kegiatan pengamanan bersinergi dengan Instansi terkait (dari Unsur TNI Kodim 1619 Tabanan) kegiatan Pengamanan yang dipimpin oleh Waka Polres Tabanan Kompol Doddy Monza, SIK, M.Si., MIK, Bantuan Kabag Ops Kompol I Nyoman Sukadana, SH, MH selaku Koordinator Lapangan bersama Kapolsek Penebel AKP I Nyoman Artadana. SH, MH, selaku Ka PAM Wilayah Kecamatan,
Personil yang terlibat dalam kegiatan pengamanan sebanyak 107 orang, semuanya tergelar dari mulai Pengamanan jalur, pengamanan lokasi dan tempat-tempat tertentu yang mungkin terjadi, Juga dibantu Tim Jihandak Bom Sat Brimobda Bali yang dipimpin oleh AKP Semara Bawa dengan 12 Personel yang memulai melakukan Steriilisari pada Pusat Kegiatan Delegasi dan di tempat-tempat tertentu yang akan dikunjungi Rombongan Delegasi.
Pukul 10.40 Wita, diawali ketadangan dari rombongan Delegasi Kementrian Pertanian AS dipimipin Wamen Pertanian tiba di Tugu Unesco, selanjutnya tiba Rombongan Delegasi bersama dengan Menteri Pertanian Negara G-20 yang dipimpin oleh Sekjen Kementerian Pertanian RI Dr. Ir. Momon Rusmon, MS, saat acara Penyambutan semua anggota Delegasi diberikan kain songket tradisional serta capil klangsah (topi dari anyaman daun kelapa) dan disambut dengan tarian tradisional okokan, Sebagai ungkapan selamat datang di Jatiluwih.
Kemudian dari Tugu Unesco rombongan Delegasi berjalan kaki sambil menikmati panorama pemandangan persawahan menuju Pusat acara kegiatan di halaman Restaurant Gong yang diiringan dengan Tarian Okokan, yang menarik begitu tiba-tiba di Restaurant Gong rombongan Delegasi disuguhi Drink berupa Teh Beras Merah serta rombongan melihat pameran produk lokal sebagai ungkapan selamat datang.
Acara pokok dibuka dan dimulai kata Sambutan dari Bapak Bupati Tabanan yang diwakili oleh Asisten III Setda Tabanan I Made Agus Hartawiguna, pada menambahkan :
“Secara filosopi wilayah Kabupaten Tabanan merupakan wilayah Nyegara Gunung artinya Kabupaten Tabanan bagian utara merupakan pengunungan dengan ketinggian di Puncak Batukaru yaitu 2.276 meter dari permukaan air laut dan dibagian merupakan daerah pesisir/pantai, ditengah-tengah adalah dataran rendah yang membentang dengan ekosistem pegunungan, danau, lembah, dataran rendah, pesisir dan laut, kondisi tanahnya mendukung untuk ditanami berbagai tanaman pertanian dan pertanian maupun perikanan, Ucapnya.
Kawasan yang mendukung satu kesatuan Sistem Subak Lanskap Budaya Bali yang telah di tetapkan Unesco sebagai Warisan Budaya Dunia. Catur Angga Batakau Jatiluwih sebagai kawasan warisan budaya penyangga terdiri dari 9 Desa Dinas dan 20 organisasi pengairan (subak) di Kecamatan Penebel dengan luas sawah 1.917 hektar, Tegasnya.
Peran sektor di era pandemi menjadi sangat strategis karena kontribusi kontribusi tertinggi bagi APBD Kabupaten Tabanan, untuk itu diperlukan sinergisitas yang baik antar berbagai sektor ataupun antara Pemerintah Daerah dengan Pemerintah Pusat guna mendorong sektor pertanian di Kabupaten Tabanan, Tambah Setda Tabanan.
Selanjutnya Sambutan dari Sekjen Kementerian Pertanian RI Dr. Ir. Momon Rusmon, MS,. pada menambahkan :
“Lokasi Field Trip yang dikunjungi saat ini adalah Subak Jatiluwih, berlokasi di Kabupaten Tabanan, sekitar 61 Km dari Jimbaran. Subak Jatiluwih memiliki 3 subsistem yang memiliki hubungan timbal balik dan hubungan keseimbangan dengan lingkungannya yaitu subsistem budidaya (pola pikir, norma dan nilai), subsistem sosial (ekonomi), dan subsistem kebendaan (mencakup teknologi).
Pengelolaan Subak Jatiluwih menggunakan sistem berkelanjutan secara holistik seperti pembagian air secara adil dan merata untuk mengantisipasi kekeringan dan perubahan iklim yang sulit diprediksi, Selain itu, Warisan Subak Jatiluwih juga ditetapkan sebagai salah satu Budaya Dunia (WBD) oleh UNESCO sejak 6 Juli 2012. Bentangan terasering lahan di Subak Jatiluwih dari daerah perbukitan hingga lembah terkenal sebagai destinasi wisata global yang menyuguhkan keindahan serta ketenangan alam Bali.
Terakhir, dengan bangga kami menunjukkan kepada semua delegasi sebuah sistem Subak Jatiluwih sebagai perwakilan sistem pertanian Indonesia melalui harmonisasi teknologi dan kearifan lokal berkelanjutan dalam sistem Climate Smart Agriculture (CSA) secara holistik salah satunya yaitu Subak yang merupakan organisasi masyarakat adat Bali dalam mengelola irigasi berlandaskan filosopi Tri Hita Karana (keseimbangan dan keharmonisan antara manusia, alam, dan Tuhan) sebagai pencipta alam semesta, Harmonisasi kehidupan inilah yang menjadi kunci utama lestarinya budaya subak di Pulau Dewata Bali, Ucap Sekjen Kementerian Pertanian.
Selesai acara sambutan rombongan Delegasi meninjau pemandangan terasering persawahan Jati Luwih menggunakan mobil buggy dari tempat acara Center Point, dari dekat melihat sistem Subak dengan sistem Subah yang diketuai oleh Pekaseh, Rombongan juga melihat aktivitas menumbuk padi, display alat-alat membajak sawah berupa tenggala dan sapi, disediakan makanan khas Bali dan kelapa muda.
Rangkaian acara berjalan kegiatan aman tertibg lancar.
(WGN/AGUS ROMADHON)