Perang Obor Tradisi Cukup Ekstrim Dari Desa Tegal Sambi

JEPARAwartaglobalnusantara.com –  Tradisi Perang Obor dilaksanakan setahun sekali ini menjadikan puncak acara sedekah bumi di Desa Tegalsambi Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara yakni tradisi perang obor digelar Senin malam (05/06/2023) di area perempatan desa.

Tradisi Perang obor dilaksanakan dalam rangka Sedekah Bumi Desa Tegalsambi Kec. Tahunan. Kab. Jepara tahun 2023  yang di hadiri ribuan orang baik dari warga masyarakat desa Tegalsambi maupun luar desa. Bahkan banyak penonton yang datang dari luar kota jepara.

Selain dihadiri petinggi dan perangkat desa, tradisi tersebut juga dihadiri oleh Pj. Bupati Jepara Bpk. Edy Supriyanta, ATD. S.H. MM beserta Ibu, Dandim 0719 Jepara Letkol Inf Mokhamad Husnur Rofiq, S.I.P. beserta ibu, Kapolres Jepara AKBP Wahyu Nugroho Setyawan, S.I.K. M.PICT. M.Krim, Wakil Ketua DPRD Jepara H. Pratikno, Anggota DPRD  Propinsi Jawa Tengah Hilmy Turmudhi, Sekda Jepara Edy Sujatmiko, S.Sos. MM. M.H, Kasdim 0719/Jepara (Mayor Arm Syarifudin Widianto), Kepala diskominfo Kab. Jepara Arif Darmawan, Kepala PUPR Kab. Jepara Ary Bachtiar, Kepalanya Disparbud Kab. Jepara (Zamroni Lestiaza, A.P., M.Si.), Camat Tahunan Nuril Abdillah S.STP MM, Pgs, Danramil 11/Tahunan Serka Seno Priambodo, Kapolsek Tahunan AKP Retno, Petinggi Tegal Sambi Agus Susanto beserta perangkat, dan beberapa undangan lainnya serta Masyarakat Jepara.

Prosesi ini dimulai dari rumah Petinggi hingga kepusat upacara di area perempatan jalan desa. Petinggi mengenakan pakaian adat Jawa dan diapit pawang api juga sesepuh desa.
Selain itu ada prosesi mengarak dua pusaka yaitu dua buah pedang yaitu pedang Gendir dan pedang Gambyong Sari serta sebuah arca, dan sebuah Bedug Dobol, yang dipercayai sebagai warisan Sunan Kalijaga kepada dua kebayan Leger Tegalsambi waktu itu. Kedua pedang kayu itu konon merupakan serpihan kayu dan potongan reng yang dipakai membangun Masjid Demak. Pusaka ini disimpan oleh Petinggi dan dua Kebayan Leger.

Bayan Leger yang saat ini menyimpan pusaka Gambyong Sari adalah Didik Ahmad Hasyim (41) yang tinggal di Desa Tegalsambi RT 06 / RW 02. Dengan berbekal ijazah sarjana ia menjadi perangkat desa sejak tahun 2013 dengan tugas Kaur Perencanaan. Ayah 3 anak ini mendapat tugas menyimpan pusaka Gambyong Sari sejak tahun 2022.

“Menurut keyakinan masyarakat Tegalsambi secara turun temurun, pusaka ini adalah pusaka penjaga ketentraman desa. Karena itu pusaka yang berbentuk kayi yang konon pemberian Sunan Kalijaga ini saya simpan di ruang khusus. Juga ada laku setiap malam Jumat,” ujar Didik. Pusaka ini dikeluarkan saat sedekah bumi dan saat prosesi Perang Obor.

Sementara bayan kedua yang menyimpan pusaka desa adalah Sakdullah. Pria berusia 47 tahun ini tinggal di Tegalsambi RT 3 RW 1 ini mendapatkan tugas menyimpan pisaka Podang Sari sejak tahun 2017. Ayah dua anak ini menjadi perangkat sejak 2013 dan mendapatkan tugas dari petinggi sebagai Kasi Kesejahteraan/ Kebayan Leger. Pusaka ini sebelumnya dipegang oleh Mawardi, bayan leger yang digantikan.

Untuk menyimpan pusaka ini Sakdullah membuat dalam kamar khusus. Sedangkan setiap malam Jumat melakukan ritual berdoa dengan menyediakan segelas air putih, bakar kemenyan dan bunga. Ia juga mengaku kalau ada kejadian penting, pusaka seakan akan memberi tahu pemegangnya. “Biasanya pada malam hari,” ujarnya.

Dalam sambutannya Pj Bupati Jepara menyampaikan terima kasih kepada petinggi dan masyarakat desa Tegalsambi karena telah mempertahankan tradisi tersebut. ” Perang obor ini merupakan kegiatan rame rame nomer 2 setelah kegiatan lomban. Semoga masyarakat desa Tegalsambi diberikan kesehatan dan banyak rejekinya ” ucapnya.

Saat kami temui di kediamannya sebelum prosesi perang obor dimulai, Petinggi desa Tegalsambi menjelaskan bahwa persiapan tradisi perang obor sudah dari satu bulan lalu. ” Acara sedekah bumi sudah di mulai selama 1 bulan,  dengan berbagai kegiatan di ataranya ziarah di makam leluhur, khataman Qur’an, dan doa bersama dimasjid untuk keselamatan warga dan pemain khususnya. Tradisi Perang Obor  rutin digelar setiap Senin Pahing malam Selasa Pon di bulan Dzulhijjah  bersamaan dengan acara sedekah bumi ” jelasnya. ” Perang Obor tahun ini di mainkan oleh 40 orang yang merupakan warga desa Tegalsambi dengan 350 sampai 400 obor” tambahnya.

Ribuan masyarakat berlimpah ruah memadati lokasi pelaksanaan acara dari berbagai penjuru desa maupun kota untuk menyaksikan tradisi perang obor yang diselenggarakan setahun sekali berbarengan dengan sedekah bumi desa Tegalsambi.

Ardina