Jepara – wartaglobalnusantara.com- Dalam rangka menyambut Hari Jadi Polwan Ke-75, Polres Jepara menyelenggarakan ‘Curhat Bersama Polwan’ di Aula Mapolres Jepara, Rabu (2/8/2023). Kegiatan ini, dikemas dalam acara diskusi dengan sejumlah aktivis perempuan Jepara tentang “Kiprah dan Kesetaraan Gender Perempuan Jepara”.
Kegiatan tersebut, dibuka langsung oleh Kapolres Jepara AKBP Wahyu Nugroho Setyawan dengan menghadirkan narasumber eksternal, antara lain Santi Adriyani dari Pusat Studi Gender dan Anak Unisnu, Indria Mustika Sekretaris Yayasan Kartini Indonesia dan Hadi Priyanto pegiat budaya dan penulis buku.
Turut hadir juga, Wakapolres Jepara Kompol Berry, Pejabat Utama, perwakilan Bhayangkari Cabang Jepara dan Polisi Wanita (Polwan) Jajaran Polres Jepara.
Dalam sambutannya, Kapolres Jepara AKBP Wahyu Nugroho Setyawan mengatakan, selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir, tema kesetaraan gender ini sangat mengemuka dan menjadi perhatian bagi seluruh dunia yang dibahas dalam berbagai forum. Tema ini salah satunya dilatarbelakangi oleh masih adanya kasus-kasus diskriminatif yang bahkan berujung pada kekerasan terhadap wanita dengan didominasi diantaranya adalah kekerasan seksual, fisik maupun psikis.
“Dalam arahan pada Hari Perempuan Internasional tahun 2021, Bapak Presiden RI menyampaikan bahwa di dunia yang kian terbuka dan modern, setiap orang, laki-laki atau perempuan, punya kesempatan yang sama untuk mengambil peran dan menggapai impian. Semua setara memberi warna bagi peradaban,” ungkap Kapolres Jepara.
Mantan Kapolres Sukoharjo ini menjelaskan, di Indonesia sendiri, peran perempuan sudah sangat terlihat, bukan dari zaman sekarang namun sudah dari zaman penjajahan. Kita melihat pahlawan-pahlawan perempuan yang berjuang bukan hanya berpangku tangan di belakang dapur, namun turun langsung, seperti R.A. Kartini yang berasal dari Jepara.
Selain itu, Kapolres Jepara juga menjelaskan mempunyai cara kreatif dalam mengurai persoalan- persoalan yang ada di wilayah Kabupaten Jepara. Salah satunya dengan mencoba menghidupkan spirit dan gagasan R.A. Kartini dengan menggagas berdirinya Kampung Kartini Tangguh di Jepara.
Tujuannya untuk melakukan pendekatan budaya dalam mengatasi persoalan sosial yang ada di tengah-tengah masyarakat.
Pada kesempatan ini, AKBP Wahyu menjelaskan tentang gagasan dan bahkan latar belakang Kampung Kartini Tangguh.
Menurut Lulusan S2 dari Macquarie University Sydney Australia ini, Jepara memiliki tiga tokoh perempuan yang luar biasa yaitu Ratu Shima, Ratu Kalinyamat dan R.A. Kartini. “Beliau telah menjadi kekuatan kultural masyarakat Jepara,” ujarnya.
Namun ironisnya, angka-angka persoalan sosial dan hukum yang menyangkut perempuan dan anak terus saja meningkat. “Karena itu untuk mengatasi persoalan tersebut tidak cukup dengan pendekatan hukum. Pendekatan budaya juga harus diperhatikan,” katanya.
Karena itu, AKBP Wahyu mengajak kepada para aktivis perempuan dan juga anggota Polwan di Polres Jepara untuk memperkuat pendekatan budaya dengan menghidupkan gagasan dan bahkan spirit R.A. Kartini.
Kapolres Jepara berharap kedepan ada aksi nyata untuk untuk membangun gerakan kebudayaan dengan menghadirkan Kampung Kartini Tangguh. “Dalam konsep ini gagasan Kartini diharapkan menjadi basis dan nilai gerakan untuk mengatasi berbagai persoalan di masyarakat,” tuturnya.
“Kampung Tangguh Kartini kita jadikan icon perjuangan perlindungan perempuan dan anak,” tambahnya.
Sementara Indria Mustika yang memaparkan tugas kebangsaan perempuan di era 4.0 mengungkapkan pentingnya kesediaan perempuan untuk mengembangkan literasi ditengah keluarga, terus belajar, mengembangkan program cerdas perempuan dan keteladanan
Karena agar basis gerakan memiliki roh, maka memahami gagasan dan nilai keutamaan R.A. Kartini yang antara lain emansipatif, nasionalis, kritis, optimis, kreatif, bersahaja dan jujur.
Sedangkan Santi Andriyani dari Pusat Studi Gender dan Anak Unisnu yang menyampaikan materi kesetaraan gender mengungkapkan ada 5 bentuk ketidakadilan gender, marginalisasi, subordinasi, labelisasasi, beban ganda, kekerasan berbasis gender.
Untuk mewujudkan kesetaraan gender dan keadilan gender maka perlu melihat dan mengukur 4 aspek, yaitu APKM (Akses, Partisipasi, Kontrol dan Manfaat) apakah 4 aspek tersebut telah didapatkan oleh laki-laki dan perempuan secara adil.
Sementara Hadi Priyanto mengungkapkan dukungannya terhadap gagasan orisinil Kapolres untuk membangun Kampung Kartini Tangguh. “Kartini adalah kekuatan absolut dan kultural masyarakat Jepara. Saatnya kita hidupkan gagasan Kartini untuk mengurai persoalan sosial yang ada,” ujarnya.
WGN/ARDINA