Semarang, 25 september 2024
Karya : Kus
Prosesi spiritual selama 41 hari yg dilakukan oleh komunitas penghayat kepercayaan di Makam Mbah Genuk bagian dari Budaya Masyarakat Jawa, sebagai wujud syukur terhadap nilai nilai keseimbangan antara Manusia dengan Sang Hyang Penguasa Semesta.
Budaya laku prihatin bagian dari warisan leluhur sebagai bentuk komunikasi vertikal untuk mencapai apa yg diharapkan memanjatkan Doa serta keinginan kepada Tuhan dengan segala tata cara ritual yg tidak meninggalkan konsep tradisi ke Jawaannya.
Uba rampe seperti tumpeng ingkung sarat makna filosopinya, Ingkung dimaknai sebagai Ingsun Manikung atau berserah diri kepada Sang Hyang Penguasa Semesta, Gudangan maknanya kesehatan atau bagas waras dari kata Dangan, semua tersirat dari apa yg divisualkan secara matrial berupa Nasi Tumpeng yg melambangkan hubungan antara Manusia dengan Tuhannya.
Menarik memang jika dilihat prosesinya, menyatukan satu keyakinan lewat ritual keagamaan yg dilakukan oleh penghayat dan tidak meninggalkan tata cara warisan Budaya leluhur.
Diawali prolog oleh Mbah Roso dilanjutkan Doa dipimpin Kyai Nasikin dengan tata cara islam, dilanjutkan potong tumpeng dari mbah Roso diberikan kepada Mbah Ramli sebagai sesepuh.
Dari keseluruhan prosesi Doa bersama diakhiri dengan makan bersama atau dahar kembul sebagai simbol pemersatu dan keseimbangan antar mahluk kepada Sang Hyang Penguasa Alam.