Semarang – wartaglobalnusantara.com- (17/11/2022) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) kembali menggelar Seminar Nasional Pendidikan Sultan Agung (SENDIKSA). Seminar tahunan tersebut sudah kali keempat diselenggarakan oleh FKIP, UNISSULA. Tahun ini seminar diselenggarakan khusus untuk membedah secara mendalam tentang Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) di berbagai satuan pendidikan. SENDIKSA dilaksanakan secara hibrid di Gedung Kuliah Bersama UNISSULA dan melalui zoom cloud meeting serta live di channel Youtube Official PGSD UNISSULA mengingat situasi pandemi Covid-19 yang belum usai. Seminar diikuti hamper 500 peserta baik yang hadir luring maupun daring. Panitia pun kewalahan karena hingga masa penutupan masih ada pemakalah yang ingin mengirimkan artikelnya untuk dipublikasikan di SENDIKSA. Sayangnya hanya sekitar 107 judul artikel yang diterima oleh panitia.
Tiga narasumber diundang khusus untuk memaparkan bagaimana IKM di satuan pendidikan. Acara dibuka langsung oleh Dekan FKIP, UNISSULA, Dr. Turahmat, S.Pd., M.Pd. sekaligus menjadi key note speaker pada SENDIKSA tersebut. Menurutnya, IKM menjadi amanah yang harus diemban kita semua untuk kualitas pendidikan bersama, sehingga menjadi sebuah kewajiban untuk membedah secara detail bagaimana implementasi kurikulum tersebut.
Dr. Evi Chamalah, S.Pd., M.Pd. menjadi narasumber dari UNISSULA yang merupakan Pelatih Ahli Sekolah Penggerak. Dalam presentasinya beliau memaparkan tentang perencanaan pembelajaran dan asesmen yang digunakan dalam IKM. Menurutnya dalam proses perencanaan pembelajaran guru tidak boleh hanya sekadar copypaste perangkat pembelajaran dari tahun-tahun sebelumnya. Guru hendaknya selalu berinovasi untuk melakukan pembaruan berkaitan dengan modul ajar, strategi dan model pembelajaran yang digunakan, serta proyek apa yang akan dikerjakan. Menurutnya ada empat alur dalam merancang pembelajaran dan asesmen. Keempat alur tersebut meliputi memahami Capaian Pembelajaran (CP), merumuskan tujuan pembelajaran, menyusun alur tujuan pembelajaran dan tujuan pembelajaran, dan merancang pembelajaran. Guru harus tepat dalam memilih dan menentukan asesmen apa yang akan digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan pembelajaran.
“Asesmen tersebut berupa formatif dan sumatif baik tertulis misalnya refleksi, jurnal, esai, poster, dan tes tertulis. Adapun asesmen nontulis berupa diskusi kelas, drama, produk, presentasi, dan tes lisan,” jelas Dr. Evi Chamalah, S.Pd., M.Pd. dalam presentasinya.
Sesi presentasi materi semakin semarak dengan hadirnya narasumber yang kedua, Dr. Wuri Wuryandani, S.Pd., M.Pd., dosen dan praktisi di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Meskipun beliau hadir secara daring, peserta seminar tetap antusias menyimak paparan materinya tentang penguatan Profil Pelajar Pancasila. Menurutnya ada 6 dimensi yang harus ada dalam diri pelajar Indonesia : beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.
Setelah peserta memahai secara teori, narasumber ketiga, Sugiarto, S.Pd., M.Pd., guru matematika SMA N 1 Pegandon mengajak untuk praktik. Dalam paparannya beliau mempraktikan pelaksanaan pembelajaran barisan dan deret aritmatika dengan pembelajaran berdiferensiasi. Menurutnya, ada empat komponen dalam pembelajaran berdiferensiasi, yaitu konten, proses, produk, dan lingkungan belajar. Dalam menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan kondusif sebaiknya guru jangan melukai hati siswa atas kekurangannya. Guru tidak bisa memberikan perlakukan yang sama kepada semua siswa karena siswa memiliki kemampuan dan karakteristik masing-masing. Misalnya, ada siswa yang perlu remidi, tapi tidak diberi tahu secara langsung di kelas untuk menjaga perasaan dan mentalnya. Guru bisa memberitahu secara pribadi ke siswa tersebut agar teman lainnya tidak tahu atau merundungnya.
Acara dilanjutkan dengan sesi diskusi dan tanya jawab yang dimoderatori oleh Meilan Arsanti, M.Pd., Dosen Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, UNISSULA. Dengan pernyataan yang sederhan dan mengena oleh moderator, peserta sangat antusias ingin berdiskusi dengan ketiga narasumber. Sayanganya tidak semua terfasilitasi karena keterbatasan waktu. Acara pun ditutup dengan sesi foto bersama baik yang hadir secara luring maupun daring.
WGN/RED